DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR
Arsitektur mempunyai peranan penting dalam merancang suatu
pembangunan, bukan hanya sekedar mendesain sebuah bangunan tetapi Evaluasi
terhadap penggunaan suatu bangunan merupakan suatu rangkaian aktivitas
perencanaan. Sebelum melalukan perancangan arsitek harus melakukan perencanaan
sehingga dengan melakukan evaluasi dapat diketahui
apakah pelaksanaan suatu perencanaan telah sesuai dengan tujuan ataukah terjadi
suatu penyimpangan.
apakah pelaksanaan suatu perencanaan telah sesuai dengan tujuan ataukah terjadi
suatu penyimpangan.
Dalam hal ini, metoda yang digunakan adalah Evaluasi pasca
huni.
Evaluasi Pasca Huni
ini didasari keinginan untuk mengetahui dampak dari desain arsitektur bangunan
dalam beberapa periode tahun pembangunannya terhadap penghuninya. Hal ini
penting untuk mengetahui performa bangunan rusunawa termasuk didalamnya fungsi
dan ketersediaannya fasilitas.
Sebagai contoh
Jorjoran
Bangun Terminal di Jateng
SEMARANG--MICOM: Pembangunan terminal yang dimaksudkan
untuk mengisi pendapatan asli daerah (PAD) di beberapa daerah di pantura Jawa
Tengah terkesan berlebihan, tetapi proyeknya tanpa perhitungan matang sehingga
pembangunan yang menelan anggaran miliaran rupiah itu menjadi sia-sia. Terminal
bus yang diharapkan dapat mendulang pendapatan hanya menjadi bangunan kosong
yang mangkrak.
Pemantauan Media Indonesia, di Pantura, Kamis (13/9), hampir setiap daerah di Pantura seperti Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal dan Semarang, Jawa Tengah, melakukan pembangunan terminal bus habis-habisan, dengan harapan mampu menarik retrebusi yang akan mengisi kantong pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar dengan mengucurkan investasi yang mencapai ratusan miliar rupiah.
Namun, pembangunan terminal baru tersebut terkesan tanpa perhitungan yang matang. Setelah dibangun dengan anggaran yang tidak sedikit, tidak ada kendaraan bus yang masuk dan bangunan yang ada menjadi mangkrak hingga investasi yang ditanam menjadi sia-sia dan tidak berarti apa-apa.
Pembangunan terminal yang paling tampak sia-sia adalah Terminal Bus Bahurekso di Desa Jenarsari, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal, yang tepat di jalur pantura. Sejak dibangun 2003 lalu dengan menelan anggaran hingga Rp20 miliar lebih, bangunan tersebut hingga kini tidak terpakai alias mangrak.
Bangunan sarana dan prasarana terminal bus yang diperuntukkan untuk bus AKDP, AKAP, dan angkutan pedesaan tersebut kosong tidak berpenghuni, karena tidak ada satu pun kendaran umum yang masuk ke dalam terminal, bahkan petugas Dinas Perhubungan setempat hanya terlihat sesekali mengambil retribusi dari bus yang melintas dari luar terminal tepatnya di jalur pantura.
Pemantauan Media Indonesia, di Pantura, Kamis (13/9), hampir setiap daerah di Pantura seperti Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal dan Semarang, Jawa Tengah, melakukan pembangunan terminal bus habis-habisan, dengan harapan mampu menarik retrebusi yang akan mengisi kantong pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar dengan mengucurkan investasi yang mencapai ratusan miliar rupiah.
Namun, pembangunan terminal baru tersebut terkesan tanpa perhitungan yang matang. Setelah dibangun dengan anggaran yang tidak sedikit, tidak ada kendaraan bus yang masuk dan bangunan yang ada menjadi mangkrak hingga investasi yang ditanam menjadi sia-sia dan tidak berarti apa-apa.
Pembangunan terminal yang paling tampak sia-sia adalah Terminal Bus Bahurekso di Desa Jenarsari, Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal, yang tepat di jalur pantura. Sejak dibangun 2003 lalu dengan menelan anggaran hingga Rp20 miliar lebih, bangunan tersebut hingga kini tidak terpakai alias mangrak.
Bangunan sarana dan prasarana terminal bus yang diperuntukkan untuk bus AKDP, AKAP, dan angkutan pedesaan tersebut kosong tidak berpenghuni, karena tidak ada satu pun kendaran umum yang masuk ke dalam terminal, bahkan petugas Dinas Perhubungan setempat hanya terlihat sesekali mengambil retribusi dari bus yang melintas dari luar terminal tepatnya di jalur pantura.
"Sejak
dibangun dan dioperasikan pada 2005 hingga sekarang, tidak ada satu pun bus
yang masuk terminal Bahurekso ini, karena tidak ada penumpang yang naik dari
terminal itu," kata Sunarwi, 45, sopir bus AKDP jurusan Semarang-Tegal.
Terminal Mangkang yang terletak di bagian barat Kota Semarang sejak dibangun 2003-2008 yang pada awalnya diperuntukkan untuk mengurangi kepadatan dan pengaturan arus lalu lintas kendaran antarkota-antarprovinsi (AKAP), bus antarkota dalam provinsi (AKDP), dan angkutan bus dalam kota Semarang hingga kini juga masih menyimpan permasalahan.
Pembangunan terminal ini menghabiskan dana Rp46,5 miliar dari APBD II Kota Semarang dan termegah di Pulau Jawa belum sepenuhnya sesuai dengan harapan mengurangi kepadatan di Terminal Terboyo, yakni untuk kendaraan dari arah barat (Jakarta) maupun selatan (Solo/Yogyakarta).
Belum lagi, unjuk rasa dan pemogokan awak angkutan tetap berlanjut jika hanya sampai di Terminal Mangkang saja.
Kenyataan lain, ketentuan pengaturan angkutan bus di Terminal Mangkang tetap dilanggar karena bus tetap dapat menempuh hingga sampai Terboyo. Jika pada awalnya petugas dengan tegas akan menurunkan penumpang di Terminal Mangkang ini, tetapi setelah berjalan beberapa bulan bus tetap dengan nekat hingga ke terminal lama dan petugas seakan tutup mata dengan kondisi ini.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal juga mengalokasikan dana sebanyak Rp11 miliar untuk untuk membangun terminal bus tipe A di jalur Tegal-Purwokerto.
Terminal itu dibangun di atas tanah dengan luas mencapai lima hektare di Desa Dukuh Salam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, mulai dilaksanakan awal 2010 untuk menggantikan terminal bus lama di Kecamatan Procot Slawi yang dipandang kurang layak.
Anggaran untuk proyek pembangunan terminal tersebut diusulkan sebesar Rp30 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) II Tegal yang dialokasikan bertahap. (AS/OL-10)
Terminal Mangkang yang terletak di bagian barat Kota Semarang sejak dibangun 2003-2008 yang pada awalnya diperuntukkan untuk mengurangi kepadatan dan pengaturan arus lalu lintas kendaran antarkota-antarprovinsi (AKAP), bus antarkota dalam provinsi (AKDP), dan angkutan bus dalam kota Semarang hingga kini juga masih menyimpan permasalahan.
Pembangunan terminal ini menghabiskan dana Rp46,5 miliar dari APBD II Kota Semarang dan termegah di Pulau Jawa belum sepenuhnya sesuai dengan harapan mengurangi kepadatan di Terminal Terboyo, yakni untuk kendaraan dari arah barat (Jakarta) maupun selatan (Solo/Yogyakarta).
Belum lagi, unjuk rasa dan pemogokan awak angkutan tetap berlanjut jika hanya sampai di Terminal Mangkang saja.
Kenyataan lain, ketentuan pengaturan angkutan bus di Terminal Mangkang tetap dilanggar karena bus tetap dapat menempuh hingga sampai Terboyo. Jika pada awalnya petugas dengan tegas akan menurunkan penumpang di Terminal Mangkang ini, tetapi setelah berjalan beberapa bulan bus tetap dengan nekat hingga ke terminal lama dan petugas seakan tutup mata dengan kondisi ini.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal juga mengalokasikan dana sebanyak Rp11 miliar untuk untuk membangun terminal bus tipe A di jalur Tegal-Purwokerto.
Terminal itu dibangun di atas tanah dengan luas mencapai lima hektare di Desa Dukuh Salam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, mulai dilaksanakan awal 2010 untuk menggantikan terminal bus lama di Kecamatan Procot Slawi yang dipandang kurang layak.
Anggaran untuk proyek pembangunan terminal tersebut diusulkan sebesar Rp30 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) II Tegal yang dialokasikan bertahap. (AS/OL-10)
Sumber: